Sabtu, 03 Desember 2011

Sesuatu yang Diharapkan Menjadi Kenyataan.
(Karya: Mila Alfina)

          Hari libur sekolah merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh semua pelajar. Salah satu dari pelajar itu adalah Flora, ia sangat menantikan hari libur sekolah karena ia ingin istirahat sejenak dari kegiatan sekolah yang melelahkan itu dan ingin berekreasi. Maklum masih remaja jadi pikirannya selalu ingin rekreasi atau jalan-jalan. Akhirnya keinginan Flora itu datang juga. Alangkah senangnya Flora menyambut hari itu. Ia segera berkemas-kemas merapihkan semua pakaian dan semua perlengkapan yang ia butuhkan, karena ia dan orang tuanya memilih untuk menghabiskan waktu liburan di rumah nenek Flora yang terletak di Provinsi Bandung.
            Flora sekeluarga pergi ke Bandung dengan menggunakan kereta api. Selama di kereta api Flora membayangkan bagaimana reaksi kakaknya yang bernama Andrean, maklum Flora membayangkan hal itu karena sudah dua tahun ia tidak berkunjung ke rumah neneknya, karena pada liburan yang tahun-tahun kemarin Flora pergi ke Semarang ke rumah nenek dari ibunya. Flora berkata dalam hati, “gimana reaksi kakakku yah? Apakah beliau akan langsung memeluk aku saat aku baru tiba? Apakah beliau masih tidak perhatian kepadaku seperti dulu?. Aahhhh hatiku kok jadi kayak begini”. Flora langsung tidak menanggapi hatinya yang penuh kekhawatiran itu, ia mengalihkan perasaan hatinya itu dengan mendengarkan musik dan berbincang-bincang dengan ibunya yang bernama Yanti. Bisa dikatakan Flora dan Yanti seperti sahabat karena mereka memang dekat sekali, selalu berdua jika pergi kemana-mana.
            Tidak terasa ternyata Flora dan kedua orang tuanya telah sampai di rumah neneknya. Sesampainya Flora di rumah neneknya ternyata benar apa yang di khawatirkan itu terjadi, Andrean sama sekali tidak senang saat melihat Flora, di wajah Andrean tidak terlihat bahwa ia rindu dengan Flora malah sebaliknya ia terlihat tidak senang dengan kedatangan Flora. Flora berusaha ramah dengan kakaknya, Flora menyapa kakaknya dengan senyuman, “Hai, Kak Andrean...” Lalu, Flora salim dengan Kak Andrean. Sedangkan Andrean tidak menjawabnya. Flora langsung mengusap dada sambil berkata dalam hati, “Sabar, sabar, aku harus sabar”.
            Hari selanjutnya pun tiba, Flora beserta semua saudaranya ingin jalan-jalan ke Lembang, Bandung. Mereka ingin menikmati suasana yang sejuk disana. Sebelum jalan mereka semua bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Flora sudah rapi sekali, ia sudah siap untuk berjalan-jalan, tetapi saat ia berkaca, ia berpikir seperti ada yang kurang pada pakaiannya, ternyata ia belum memakai jaket, seharusnya ia memakai jaket karena nanti di Lembang hawanya dingin. Flora langsung mencari jaketnya, tapi tak ketemu-ketemu juga. Flora berpikir sambil berkata dalam hati, “Aduh, aku harus bagaimana ya?, masa aku tidak memakai jaket ke Lembang, di sanakan dingin, bisa-bisa aku masuk angin”. Tiba-tiba muncul ide dalam pikiran Flora, “oh iya, kenapa aku tidak minjam saja sama saudara-saudaraku”, Flora langsung bergegas meminjam jaket kepada saudara-saudaranya. Pertama, Flora meminjam kepada sepupunya yang memiliki umur dan badannya tak berbeda  jauh dengan Flora yaitu Dina, Flora berkata, “Kak Dina boleh tidak aku meminjam jaket kakak? karena aku lupa membawa jaket.” Dina menjawab, “Maaf ya Flo, kakak hanya membawa satu jaket saja, coba saja kamu tanya kepada Novi mungkin dia membawa dua jaket”. “Ooh, yaudah kak gak apa-apa kok, makasih ya kak sarannya, aku akan coba meminjam kepada Kak Novi”, jawab Flora. Flora mencoba saran dari Dina untuk meminjam jaket kepada Novi, hasilnya ternyata sama saja Novi pun hanya membawa satu jaket. Flora sudah meminjam kepada semua saudaranya hasilnya, semua saudara Flora hanya membawa satu jaket saja, wajar sih kalau saudara Flora hanya membawa satu jaket saja, mereka itu kan tidak mau memenuhi tas mereka. Flora tambah bingung ia berpikir, “Semua saudaraku tidak ada yang meminjamkanku jaket, sepertinya ada satu orang yang belum aku tanya boleh atau tidak  aku untuk meminjam jaketnya, siapa ya???”. Flora mencoba terus berpikir, akhirnya ia tahu jawabannya, “oh, iya ternyata kakakku sendiri yang belum aku tanya, aku harus mencoba meminjam jaket kepadanya, tetapi aku kok takut ya untuk meminjam jaket kepada kakakku sendiri?, aku harus bagaimana? Kalau aku tidak meminjam jaket aku pasti akan masuk angin, sedangkan kalau aku meminjam jaketnya pasti aku dimarahi olehnya, hmm... Aku harus coba, berhasil atau tidaknnya aku meminjam itu urusan belakangan, yang penting aku sudah mencoba. Dengan tekad yang bulat Flora memutuskan untuk meminjam jaket kepada Andrean. Flora dengan ragu-ragu dan dengan rasa takut berkata kepada Andrean, “Kak, ak..ak..”. “Aduh kamu mau ngomong apa sih, cepat kalau mau berkata denganku, aku masih banyak tugas yang lebih penting!”, jawab Andrean dengan sinis. “Begini Kak, aku boleh tidak meminjam jaketmu?”, Flora bertanya kepada Andrean dengan perasaan agak sedih. “Maaf ya aku tidak punya jaket yang seukuran dengan tubuhmu, kamu pinjam saja dengan yang lain, sudah sana pergi, aku mau bekerja dulu, temanku sudah menjemputku!”, jawab Andrean dengan nada tinggi. Flora sangat sedih dengan sikap Andrean yang cuek (tidak perhatian), dan sinis kepadanya, Flora merasa seperti orang lain dengan Andrean, karena tidak terlihat bahwa Andrean sayang dengan Flora. Yang membuat Flora tambah sedih adalah Andrean bersama temannya yang menjemputnya itu dekat sekali seperti saudara, temannya itu meminjam jaket kepada Andrean, langsung Andrean pinjamkan, padahal temannya itu mempunyai badan yang lebih kecil dari Andrean, ternyata Andrean mempunyai jaket yang ukurannya kecil. Flora hanya bisa mengusap dada melihat itu semua.
            Melihat kejadian itu, Flora langsung curhat kepada Yanti, yang sudah Flora anggap seperti sahabatnya sendiri. Flora bercerita kepada Yanti dengan sedih, sampai-sampai Flora bertanya kepada Yanti dengan perasaan yang agak marah, “Kenapa ibu melahirkan aku?, aku ini hanya menjadi penghalang hubungan Kak Andrean dengan ibu dan bapak, aku hanya membuat hubungan di keluarga ini tidak rukun bu!...” Yanti menjawab pertanyaan itu, “Flo, kamu tidak pantas berbicara seperti itu, siapa yang bilang kamu yang membuat keluarga ini tidak rukun?, itu semua tidak benar karena bagi ibu hanya kamu yang membuat hati ibu senang karena hanya kamu yang dekat dengan ibu, sedangkan kakakmu jauh dari ibu, sejak kecil kakakmu diasuh oleh nenekmu, ibu mencari uang di Jakarta, tapi jujur dari hati nurani ibu yang paling dalam ibu sayang kepada anak-anak ibu. Ibu tidak ada maksud untuk lebih sayang kepadamu dibandingkan kakakmu, rasa sayang yang ibu bagikan itu sama. Malah, ibu sering memikirkan bagaimana keadaan kakakmu. Memang sewaktu kakakmu kecil ia pernah membuat ibu sakit hati. Kejadian itu adalah saat kakakmu dikhitan, ibu dan bapak membuatkan acara khitanan untuk kakakmu, ibu membawa semua tetangga yang ada di Jakarta ke Bandung untuk menikmati acara khitanan kakakmu. Setelah acaranya telah selesai, ibu dan bapak ingin pulang ke Jakarta bersama semua tetangga, kebetulan uang ibu dan bapak habis, ibu memutuskan untuk meminjam uang kepada kakakmu yang menerima uang dari orang-orang yang hadir dalam acara itu, ibu berkata,”Andre boleh tidak, ibu meminta uang itu sedikit saja untuk ibu pulang ke Jakarta”. Andrean menjawab dengan santai, “Itu ibu punya gelang, punya kalung, punya cincin ibu jual saja, jangan minta dengan Andre”. Ibu mendengar hal itu langsung sedih sekali, hati ibu sakit seperti terkena peluru, padahal ibu yang melahirkan kakakmu mengorbankan nyawa hidup atau mati. Ibupun tak perhitungan dengan kakakmu padahal yang membuat acara ini adalah ibu dan bapak, kalaupun ibu mempunyai uang, pasti ibu tidak mau meminta dengannya. Sedangkan nenekmu yang meminta uang kepada kakakmu, pasti kakakmu berikan. Dengan melihat kakakmu yang tidak sayang, tidak peduli dengan ibu maka ibu berbicara dengan bapakmu agar mempunyai anak satu lagi, dengan harapan anak itu bisa sayang dengan ibu dan anak itu adalah kamu,”. “Berarti semua ini bukan salahku bu?”, Flora bertanya kembali untuk menegaskan kalau semua masalah bukan salahnya. “Ya jelas tidak anakku, kakakmu hanya salah paham saja, ia mengira kalau ibu lebih sayang kamu”, jawab Yanti sambil memeluk Flora.
            Akhirnya Flora tahu kalau ini semua bukan salah dia, tetapi dia belum senang begitu saja, dia masih memikirkan bagaimana caranya agar Andrean tidak marah lagi dengan Flora dan agar Andrean bisa lebih sayang kepada ibu. Flora berpikir, kemudian munculah ide, ide itu adalah Flora akan meminta Indah untuk menjelaskan kejadian sebenarnya dan memujuk Andrean untuk meminta maaf kepada Yanti. Pasti Andrean mendengarkan kata-kata Indah, karena Indah adalah pacarnya Andrean.
             Flora langsung menghubungi Indah. Kebetulan Indah sedang tidak sibuk jadi ia langsung menjawab telepon dari Flora, “Halo, assalamua’alaikum, Flora ada apa?”.  Flora langsung cerita dan meminta tolong, “Begini Kak aku ingin minta tolong kepada Kak Indah, agar Kak Indah menjelaskan kepada Kak Andrean bahwa sebenarnya ibu tidak maksud untuk membeda-bedakan aku dengan Kak Andrean, sebenarnya ibu juga sayang sekali dengan Kak Andrean, ibu suka memikirkan bagaimana keadaan Kak Andrean, tapi kadang-kadang ibu masih suka sakit hati saat mengingat bahwa sewaktu Kak Andrean kecil ia pernah membuat ibuku sakit hati, Kak Indah mau tidak membantuku?”. Indah menjawab dengan lembut sekali, “Selama kakak bisa melakukannya, kakak pasti akan membantumu, memang apa yang membuat ibumu sakit hati dengan Kak Andrean?”. Flora langsung menjelaskannya dari awal sampai akhir. Setelah mendapat penjelasan dari Flora, Indah berkata, “Oke Flo, karena kakak sudah tahu masalahnya, Insya Allah kakak akan bisa memujuk Kak Andrean, do’akan kakak ya agar berhasil!”. “Terimakasih banyak Kak Indah, aku pasti akan mendo’akanmu selalu”, Jawab Flora sambil tersenyum. Flora berani untuk bercerita dan meminta tolong kepada Indah karena menurut saudara-saudaranya Flora, Indah adalah seorang wanita yang baik, pengertian, dan dapat menyimpan rahasia.
            Tidak tahu bagaimana caranya Indah berbicara dengan Andrean, tiba-tiba Andrean mendatangi Flora, ia langsung berkata kepada Flora, “Flo maafkan kakak ya, jika selama ini kakak selalu sinis dengan kamu, tidak pernah perhatian denganmu, sebenarnya kakak tidak ada maksud untuk berbuat seperti itu, tapi tak tahu kenapa, jika aku melihatmu aku selalu iri karena kamu selalu disayang oleh ibu, kamu mau tidak memaafkan kakak?”. “Tentu saja mau kak, maafkan aku juga ya kak, jika aku punya salah”, Flora memaafkan Andrean. Seusai meminta maaf kepada Flora, Andrean mendatangi Yanti, ia memeluk Yanti, sambil menangis dan berkata, ”Ibu maafkan aku ya jika sewaktu aku kecil aku pernah menyakiti hatimu, aku benar-benar menyesal bu...”. Yanti menjawab dengan hati yang tulus, ”Ibu pasti memaafkanmu anakku, karena aku sayang denganmu”. Ketika Yanti dan Andrean masih bermaaf-maafan, Flora langsung menghubungi Indah untuk bilang kepada Indah, bahwa Indah berhasil memujuk Andrean. Indah memengangkat telepon dari Flora, ia berkata, ”Halo, assalamua’laikum, ada apa Flo?”. “Kak Indah terima kasih ya berkat kakak, Kak Andrean sudah mengerti kejadian yang sebenarnya terjadi, dia juga sudah minta maaaf kepada ibu dan aku, jadi sekarang persaudaraan kami telah bersatu lagi”, Flora mengucapkan terima kasih kepada Indah. Indah menjawab, “Tidak usah berlebihan Flo, ini semua adalah berkat Tuhan”.
            Flora sangat bersyukur dengan Tuhan karena Tuhan telah memberikan jalan untuk menyatukan keluarganya. Kini keluarga Flora hidup rukun tidak ada marah-marahan antara Flora dengan Andrean, Andrean sekarang menjadi perhatian dengan Flora. Sedangkan hubungan Andrean dengan Indah akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius lagi yaitu jenjang pernikahan. Akhirnya sesuatu yang diharapkan menjadi kenyataan.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar